PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DI GLOBAL
Mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa proses globalisasi akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri . Kebudayaan lokal dan etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya global. Anggapan atau jalan pikiran yang demikian tidak sepenuhnya benar. Kemajuan teknologi komunikasi memang telah membuat batas-batas dan jarak menjadi hilang dan tidak berguna. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolgi telah membuat surutnya peranan kekuasaan ideologi dan kekuasaan negara.
Bahasa indonesia merupakan bahasa resmi atau bahasa nasional milik negara Indonesia yang di akui oleh seluruh Dunia dan tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Pasal 36 yang menyebutkan bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Untuk sebagian besar masyarakat Indonesia lainnya, bahasa Indonesia bisa juga di sebut dengan bahasa ibu karena bahasa yang di gunakan oleh masyarakat indonesia untuk melakukan kegiatannya sehari-hari seperti dunia perdagangan, kerja, pendidikan, dan lain-lain. Di dunia pendidikan pun Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang harus di pelajari mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Memasuki era globalisasi dan modernisasi, berbagai perubahan terjadi. Perubahan ke arah kemajuan dan demokrasi itu merupakan dampak dari arus globalisasi dan pada akhirnya mengakibatkan pertukaran kultur lokal maupun asing. Bahasa Persatuan Salah satu butir Sumpah Pemuda yang dideklarasikan 28 oktober 1928 itu adalah menjunjung tinggi Bahasa Indonesia yang sejatinya adalah bahasa nasional. Meski di sisi lain bangsa kita terdiri atas multisuku, multietnis, multiras, dan multiagama tetapi memiliki bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia mampu menjadi perekat bangsa yang juga merupakan bahasa pergaulan antaretnis atau di sebut dengan Lingua Franca. Bahasa Indonesia saat ini, diperhitungkan dan di pergunakan dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia sehingga mulai diajarkan di sekolah-sekolah di Amerika, Jepang, Australia, dan Jerman. Pada awalnya Bahasa Indonesia merupakan bahasa melayu dengan pendukung yang kecil kemudian berkembang menjadi alat komunikasi yang digunakan oleh kurang lebih 200 juta jiwa di Bumi Nusantara mulai dari sabang sampai dengan marauke. Seharusnya kedudukan dan perkembangan Bahasa Indonesia semakin pesat. Namun kenyataannya setelah 64 tahun kita merdeka, penggunaan Bahasa Indonesia justru semakin campur aduk dengan bahasa daerah dan bahasa asing. Ini merupakan suatu kemunduran yang di alami oleh bangsa Indonesia. Kemunduran itu bisa kita lihat, di mana masyarakat Indonesia lebih bangga menggunakan bahasa asing termasuk digunakan pada papan reklame, produk industri, terlebih lagi bahasa pergaulan sehari-hari. Terkadang masyarakat Indonesia menilai bahwa bahasa Indonesia terkesan kuno atau kaku untuk di gunakan berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari. Sehingga ada kecenderungan masyarakat untuk memprioritaskan belajar bahasa asing dan bahasa daerah sebagai bahasa pergaulan sehari-hari.
Dunia perfilman juga bisa termasuk ke dalam faktor kemunduran perkembangan bahasa yang terjadi di dalam negara indonesia. Terkadang film tidak memiliki pemilihan bahasa yang baik yang di gunakan untuk berinteraksi sesama pemain. Sehingga penikmat film suka mencontoh perkataan atau kelakuan pemeran pemain film tersebut. Adapun film-film remaja yang merupakan salah satu unsur-unsur budaya yang dimaksud adalah perkembangan bahasa gaul remaja Indonesia. Pada dasarnya, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri dalam pergaulan nya. Bahasa remaja tersebut kemudian dikenal sebagai bahasa gaul remaja. Bahasa gaul ini lah yang kini banyak di gunakan oleh remaja Indonesia baik yang berada di kota maupun di pelosok desa. Karena bagi mereka bahasa gaul merupakan bahasa yang menarik dan mengesankan bagi mereka yang menggunakan nya.
Jadi bahasa remaja atau biasa di sebut dengan bahasa gaul menjadi dampak negatif apabila dilihat dari segi ketidakmampuan remaja menempatkan bahasa dalam konteks sosialnya.
Jumat, 09 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar